Sabtu, 16 Februari 2019

Seni Memahami Manusia #CoretanOo #16

"Seni Memahami Manusia"


Kita tahu, tidak semua orang sama dengan kita.  Di antara kita pun sudah ada yang matang dalam pertemanan dan persahabatan, hingga ia tahu dari sekadar wajah dan tindak tanduk, ia bisa memahami isi hati orang yang ada di hadapannya.

Memahami manusia tentu butuh seni, dan tidak semua orang langsung bisa melakukannya. Hanya mereka yang peka membaca orang-orang di sekitarnyalah yang tahu cara memahami seseorang bahkan jika tanpa kata. Kepekaan itu tentu lahir dari pengalaman, dan, perenungan.

Barangkali orang-orang yang tak membuka diri pada kita, sebenarnya adalah orang yang paling ingin berbicara pada kita. Hanya saja, ia butuh dipahami. Ia butuh ditangkap sinyalnya. Ketika kita berusaha memahaminya, maka ia akan merasakan bahwa ia diterima, dan kita layak baginya untuk diterima.

Jika sudah begitu, di situlah kita memainkan peran kita untuk masuk ke alam ide dan inspirasinya, mewarnai jalan pikirannya, dan bertukar tambah pikiran bersamanya. Dan ternyata, Rasulullah adalah orang yang paling ahli tentang seni ini. Seni memahami manusia.

Aisyah yang cemburuan dan mudah moody pun tahu pasti dirinya dipahami oleh Rasulullah, ketika para sahabat kebingungan suatu kali sang Aisyah membanting piring di hadapan para tamu. Rasulullah hanya tenang sembari tersenyum, meyakinkan sahabatnya bahwa semuanya baik-baik saja.

Semua sahabat Rasulullah merasa diri merekalah yang teristimewa di hati Nabi. Amr bin Ash sempat dengan pede bertanya pada Rasulullah siapa yang paling beliau cintai. Eh, ternyata Abu Bakar dan Umar nama yang terucap. Namun Amr tetap saja merasakan ia dipahami dan diterima begitu spesial di hati sang Baginda.

Ini pengingat untuk saya sendiri. Tentang, bahwa memahami orang-orang di sekitar kita ada seninya, dan butuh waktu selamanya. Mengenal suami, istri, sahabat, teman dan kenalan, butuh waktu sepanjang hidup. Sebab, misteri terbesar di bumi ini adalah manusia itu sendiri.

Understanding is the first step to acceptance, and only with acceptance can there be recovery.
—J.K. Rowling, Harry Potter and the Goblet of Fire
.
@edgarhamas
Edited by: @SatyaOo #SelamatBerbenah

0 Comments:

 
;