Minggu, 05 Maret 2023

Pemalu? Kini Hanyalah Masa Lalu #5CC2

 

Pemalu? Kini Hanyalah Masa Lalu #5CC2

Mohamad Satya Aruna, @SatyaOo

Terkadang diriku ini pernah berfikir, “ Kok dia bisa ya begitu Percaya Diri?” , begitu menariknya ketika dia berbicara, sedangkan diiriku ini hanya bisa mengamati dan ragu hingga takut berpendapat. Apalagi ketika ada momen-momen presentasi di kelas atau bercanda bersama kawan-kawan sebaya. Canggung dan kaku menjadi rasa yang dirasakan setiap momen itu. Pendiam, Kalem dan Tertutup sepertinya itu yang menjadi penilaian orang terhadapku kala itu. Ada rasa Deg-degan dan malas ketika harus public speaking di kelas atau forum diskusi kerja kelompok, untuk berpendapat saja jarang ku lakukan apalagi menjadi pimpinan dalam sebuah kelompok kecil. Begitulah dan begitulah yang ku rasakan selama bertahun tahun, lebih banyak diam daripada berbicara. Sampai suatu saat ada orang yang bilang dia kok baca puisi atau baca cerpennya cepat sekali, apa karena tidak mau lama tampil didepan? kadang semakin merasa malu ketika mendengar pernyataan tersebut.

Diam menjadi makanan sehari-hari dalam menjalankan aktivitas, bahkan terkadang murung dan hanya mengamati orang-orang begitu aktifnya berpendapat dalam segala momen. Sampai suatu saat aku berfikir “Jika aku terus menjadi diri yang seperti ini, akan terjadi apa ya didepan nanti?” dan juga berfikir “Hidup berasa flat, gini gini aja” atau juga ada rasa “ingin nambah teman, tapi ragu, tapi takut, tapi malu”. Rasa tidak percaya diri yang begitu kuat akhirnya membawa ketakutan untuk melakukan sesuatu, namun “Kemauan” yang lebih kuat dari “Ketakutan” tersebut membuat sedikit demi sedikit “Terobosan” baru dalam diri ini. Ya, itulah mungkin salah satu “Titik Balik” dalam hidupku.

Lalu apa yang membuat “Kemauan” itu bisa menjadi lebih kuat? Jawabannya simple, “Aku hanya ingin menjadi diri yang lebih baik dari sebelumnya” walaupun itu harus keluar dari zona nyamanku pada saat itu, tapi modal “Tekad” yang kuat dalam diri kita bahwa kita yakin dan ingin untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Yakinlah bahwa setiap manusia itu memilik Potensinya masing-masing, tinggal diri kita sendirinya, seberapa mau kita menggali potensi dalam diri kita dan seberapa kita tau tentang diri kita sendiri. Dengan semakin taunya diri kita sendiri maka kita akan dengan muda memetakan “Kekuatan” dan “Kelemahan” diri kita, Kekuatan yang bisa kita optimalkan dan kelamahan yang terus bisa kita minimalisir. Ingat ya, sedikit demi sedikit “Terobosan” atau kebiasaan yang berbeda yang mulai aku lakukan pada saat itu, dalam arti lain mencicil Meng-Upgrade Diri.

Hal apa sih yang ku lakukan dalam mencicil meng-Upgrade Diri pada saat itu? Waktu itu hal sederhana yang aku lakukan adalah ketika guru dikelas bertanya “apakah ada yang ditanyakan” dan aku mencoba mengacungkan dan bertanya, walau dengan mulut gemetar dan tangan gemetar pada saat itu, aku mencoba “Create Habit” baru dalam diri dan kebetulan ada apresiasi dalam segi keaktifan bertanya dalam kelas saat itu. Dari satu pelajaran untuk memberanikan bertanya kepada guru ditengah tengah kerumunan siswa lain pada saat di bangku putih abu-abu, akhirnya aku terus “Konsisten” dalam mengajukan pertanyaan di kesempatan atau pelajaran lain. Ternyata aku tidak menyangka, semakin sering aku bertanya, guru-guru setiap pelajaran pun mulai mengenalku sedikit demi sedikit dan ternyata aku sedang melatih “Skill Interpersonal” ku pada saat itu.

Aku percaya rasa percaya diri dalam diri itu sama seperti ketika mengasah pisau, semakin kita asah semakin tajam, begitupun dengan contoh kecil yang ku lakukan yaitu Bertanya tentang pelajaran yang belum dimengerti, lama kelamaan cara bertanya dan pertanyaan yang ku ajukan pun semakin tajam. Jadi yuk mari dicoba buat kamu yang masih ragu untuk berpendapat dan terbiasa untuk diam, coba dengan hal yang kecil terlebih dahulu. Dari kebiasaan kecil tersebut, ternyata “Kemauan” diri ini untuk mencoba hal lain yang lebih besar dalam rangka meningkatkan rasa percaya diri pun ku coba lakukan dengan mengikut ekstrakulikuler di sekolah, mulai belajar berkomunikasi aktif, dan mendapat relasi pertemanan baru.

Lantas apa aku puas dengan “Upgrade Diri” aku yang mulai sedikit berubah dari aku yang “Pemalu” ? yang aku rasakan pada saat itu belum puas, karena tekad dalam diri untuk terus mengasah kepercaya dirian dalam diri semakin kuat. Oleh karena itu, kesempatan demi kesempat untuk bertanya didepan umum saaat forum dan berpendapat saat forum mulai coba kulakukan. Semakin sering ku lakukan, semakin terbiasa lidah ini berkolaborasi dengan pikiran tuk merangkai kata. Coba aja deh! Pasti Bisa!

Langkah yang menurutku cukup berani ku ambil pada saat itu adalah aku mencoba mencari relasi sebanyak-banyaknya ketika menjadi mahasiswa baru, karena aku merasa bahwa pasti akan ada manfaatnya suatu saat nanti. Momen masa bimbingan di kampus pun menjadi hal yang kumanfaatkan untuk “Membangun Jejaring atau Relasi” dan disinilah titik dimana aku benar-benar sepenuhnya keluar dari zona nyamanku sebagai seorang “Pemalu” and I can do it. Sedikit demi sedikit aku tambah dan terus menambah kenala baru, ketemu orang baru hingga sampai dimana aku ikut dalam organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa di kampusku. Padahal aku belum pernah ikut yang namanya Osis dan Paskibra di sekolah dulu. Dengan hanya modal tekad baik untuk diriku sendiri dan memperluas zona nyaman baruku maka aku coba terus belajar dan belajar di dunia politik kampus.

Oh iya pada awal masa kampus aku juga menonton video seorang mahasiswa yang menuliskan 100 mimpinya di sebuah kertas dan dia tempel di dinding kamarnya serta dia setia mengingat mimpi dan memperjuangkan mimpi-mimpinya. Akhirnya aku pun mencoba meniru dia dan Alhamdulillah banyak progress mimpi yang bisa ku konkritkan. Kemudian, hal yang paling yang tidak kuduga dalam hidupku adalah ketika aku bisa memenangi kontestati politik kampus dan menjadi salah satu pimpinan Badan Eksekutif Mahasiswa di kampus kala itu. Jujur dari awal aku ikut setiap organisasi dan kepanitiaan di kampus banyak sekali pembelajaran dalam hal komunikasi yang aku peroleh. Bahkan hingga pernah aku sampai melakukan aksi kreatif secara horizontal di kampus dengan menggaungkan kata-kata “Hidup Mahasiswa”. Unbelieveble rasanya bagi aku yang kalau ditarik ke awal adalah seorang yang “Pemalu” . MasyaAllah, Allah sungguh Maha Baik.

Dari “Kemauan” belajar dan terus mengasah keaktifan dikampus itulah yang membuka jalan-jalan lainnya dalam hal “Public Speaking” . Semakin kita interest dalam suatu hal, tentunya semakin penasaran untuk kita dalami, dan atas dasar “Kebutuhan” dalam diri untuk “Bertumbuh” maka aku mengikuti seleksi pelatihan-pelatihan kepemimpinan selama masa menjadi mahasiswa. Dan Alhamdulillah dari Pelatihan tingkat Fakultas hingga Nasional berhasil aku dapatkan. Lantas apa yang membuat kita bisa berbeda dari orang lain dalam setiap pelatihan yang kita ikuti? Jawabannya simple yaitu “Catat” ya mencatat apa yang kita dapat dari setiap pemateri yang disampaikan dalam pelatihan tersebut. Dengan mencatat berarti kita mendokumentasikannya dan bisa kita sharingkan lagi kepada lingkungan terkecil kita nanti hingga lingkungan yang lebih luas. Tentu akan lebih besar dampak manfaatnya.

Pelatihan-pelatihan Skill tersebut tentunya berdampak pada banyaknya relasi baru atau Circle baru yang kudapat. Kemudian Allah kasih lagi jalan bagiku untuk berkesempatan meng-Sharingkan apa yang kudapat dan ku catat dari pelatihan pelatihan tersebut seperti aku diberi kesempatan untuk jadi Pemateri tentang Etika Berorganisasi, Manajemen Organisasi, Leadership, Public Speaking ataupun Moderator Debat Politik kampus hingga Talkshow Kampus dari tingkat kampus hingga antar kota dan antar provinsi. Selain itu dari “Tekad” yang kuat dan “Kemauan” belajar yang tinggi, Alhamdulillah berhasil membawa prestasi-prestasi dalam hidup seperti Juara 1 Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional dan Conference Nasional, kemudian Juara Menulis Essay dan Juara 1 Lomba Puisi.

Tahun 2018, menjadi tahun yang special juga bagiku karena ditahun itulah aku menulis dan lahirlah Karya Buku Pertamaku yang berjudul “Jangan Pernah Lelah Melangkah” yang berhasil terjual ratusan hingga ribuan buku ke Seluruh Indonesia dan Luar Negeri. Dari buku itulah yang kemudian mengantarkanku dalam kesempatan kesempatan untuk “Bedah Buku” , dan Sharing tentang duni Kepenulisan di beberapa kesempatan. Hal-hal tersebut sering kusebut “Berbagi Kebaikan” dan semoga berkelanjutan karena kebaikan itu menular.

Jadi, Hikmah dalam tulisan ini adalah Jangan takut untuk “Mencoba” Hal-hal Positif Baru, Tumbuhkan Rasa “Kemauan” dan “Tekad” yang kuat untuk terus “Bertumbuh”. Gali terus momen-momen untuk “Upgrade Diri” karena yang namanya “Belajar” itu tak mengenal usia dan bisa dilakukan seumur hidup kita kalau bukan diri kita sendiri yang mau berubah, siapa lagi? Karena orang lain hanya bisa sampai memicu perubahan, keputusan terkahir tetap ada diri kita.

Buat temen-temen yang masih merasa menjadi seorang yang “Pemalu” mulai coba yuk sedikit demi sedikit untuk beranikan diri dan tumbuhkan mindset bahwa ilmu itu luas sekali adanya, karena Kepercayaan diri yang terus “Bertumbuh” akan sangat berguna sekali ketika teman-teman sudah terjun ke dunia “Bermasyarakat”.  So, Selamat Belajar, Mari Kita sama-sama belajar karena tidak ada kata terlambat untuk berubah menjadi lebih baik dan Salam Produktif!

 

Mohamad Satya Aruna, Laki-Laki Kelahiran Bandung 14 Desember 1995, Mencintai Dunia Self Imporvement Semenjak Sekolah Menengah Atas dan Dunia Literasi semenjak di Kampus. Sekarang Sedang Bekerja menjadi Karyawan BUMN, Motivator, Public Speker dan Blogger Motivation. Motto Hidup “Berdoa, Ikhtiar, Bersyukur” Bisa Ditemui di akun Instagram @SatyaOo , Coretansatya.blogspot.com dan WA 08562223303 #SpiritOfMillenials

1 Comments:

Anonim mengatakan...

Pada umur 40 tahun seekor elang akan dihadapkan pada posisi hidup atau berubah. Tubuhnya mulai berbulu lebat. Kuku kakinya panjang. Paruhnya bengkok sampai ke dada. Apabila, kondisinya dibiarkan elang akan mati. Memilih berubah pun tidak mudah. Pertama, dia harus menyiksa dirinya dengan membenturkan paruhnya ke karang. Setelah beberapa minggu muncullah paruh baru. Dengan paruh barunya ini dia cabuti kuku kakinya satu-satu. Terakhir dengan kuku barunya dia cabuti bulu-bulunya yang lebat. Setelah melewati proses menyakitkan dan melelahkan, elang bisa hidup sampai 70 tahun.
Selamat sudah menjadi elang yang memilih berubah. Memilih jalur yang menyakitkan dan melelahkan. Untuk bisa berumur panjang.

 
;