"Dewasa Itu Pilihan"
Sumber: Minukkusmia.blogspot.com
***
Hari itu ibuku bangun pagi-pagi sekali, lalu bekerja keras di rumah, dari menyiapkan makanan untuk kami sampai membereskan rumah. Kami tak punya pembantu.
Sudah dari jam tujuh malam tadi ibu selesai menyiapkan makan malam untuk Ayah dan kami. Sederhana sekali, hanya berupa telur mata sapi, tempe goreng, sambal teri. Namun sayang, karena sibuk mengurusi adik kecilku yang terus merengek, tempe dan telur goreng yang dibuatnya agak gosong.
Aku melihat Ibu sedikit panik, tapi tidak bisa berbuat banyak, sementara minyak gorengnya sudah habis. Kami menunggu dengan agak khawatir apa reaksi Ayah yang pulang kerja. Pasti beliau sudah sangat lelah. Entah apa reaksinya, jika melihat makan malamnya hanya tempe dan telur. Gosong, pula.
***
Luar biasa! Ayahku dengan tenang menikmati dan menghabiskan semua yang disiapkan oleh Ibu dengan bibir tersenyum, dan bahkan beliau berkata, “Bu terima kasih, ya!“
Lalu ayahku menanyakan kegiatan aku dan adikku di sekolah.
Selesai makan, kudengar Ibu meminta maaf karena telur dan tempe yang di sajikan itu gosong.
Satu hal yang tidak pernah tak kulupakan adalah apa yang Ayah katakan pada Ibu, “Sayang, gak apa-apa, malahan aku suka sekali dengan telor dan tempe yang gosong, kok.“
***
Sebelum tidur, aku pergi untuk memberikan ciuman selamat tidur kepada Ayah. Aku bertanya, apakah Ayah benar-benar menyukai telur dan tempe yang gosong tadi?
Heran dengan pertanyaan saya, tiba-tiba Ayah memelukku erat dengan kedua lengannya sambil berkata, “Nak, Ibu sudah bekerja keras sepanjang hari dan dia benar-benar sudah sangat lelah. Jadi, sepotong telur dan tempe yang gosong itu tidak akan menyakiti siapa pun, kan?"
***
Ini pelajaran yang kulakukan di tahun-tahun berikutnya, “Belajar menerima kesalahan orang lain, adalah satu kunci yang sangat penting untuk menciptakan sebuah hubungan yang sehat, bertumbuh dan abadi."
***
Sumber: http://goo.gl/2bwlDK, 2013
Edited By: @SatyaOo
0 Comments:
Posting Komentar