"Mungkin (Tidak) Berat Bagimu"
Sumber: Computerworld.com
***
“Ah, apaan sih. Gitu doang, cemen banget padahal, kan tinggal milih aja, gausah ribet”
“Masa yang gitu doang gak bisa, kan tinggal gini aja. Apa susahnya?”
***
Seringkali, ada orang yang datang menceritakan berbagai masalahnya. Namun, tidak jarang juga, kita sebagai pendengar, merasa bahwa masalahnya itu terlalu remeh untuk diceritakan.
Seperti ketika beberapa waktu lalu, seorang wanita bertanya pada saya, ia bertanya, “Setiap hari saya bertemu mantan, haruskah saya keluar dari tempat kerja saya?”
Iseng, saya coba tanya pendapat teman-teman saya tentang pertanyaan ini. Banyak yang awalnya tersenyum ketika mendengar pertanyaan ini. Beberapa bahkan berkomentar “Lah, masa gitu doang keluar? Santai aja kali”. Bagi mereka, persoalan itu, remeh.
Namun coba kita sedikit bernostalgia sejenak dengan hidup kita.
Pernahkah kita, ketika masih kecil, bertanya hal-hal yang begitu pada orang yang lebih dewasa?
Semisal “Ayah, 11 tambah 30 itu berapa sih?”
Atau “Kakak, kalau Budi punya 4 permen, diambil 2, maka sisa berapa sih, Kak?”
Atau “Paman, lirik lagu Indonesia Raya itu, bagaimana, sih?”
Bukankah pertanyaan itu sungguh mudah bagi orang-orang dewasa? Bukankah otak kita tak perlu berpikir keras untuk mencari jawabannya. Iya, tentu mudah. Karena kita sudah pernah melewatinya.
Namun, ingatkah bagaimana perasaan kita ketika kecil, bukankah kita bertanya dengan penuh kebingungan? Bukankah kita datang dengan penuh rasa ketakutan? Takut jika tak menjawab, ada konsekuensi yang didapat. Bukankah kita bertanya, karena kita butuh jawaban?
Pertanyaan itu, sungguhlah mudah bagi para orang dewasa. Namun, bagaimana rasanya jika kita sebagai orang dewasa menertawakan pertanyaan tersebut hanya karena kita anggap remeh? Bukankah sang anak justru akan berkecil hati? Bukankah sang anak akan merasa dirinya ini bodoh? Hati-hati, alih-alih dia mendapat jawaban, justru ia mendapatkan rasa sakit hati.
***
Setiap masalah memiliki kadar kesulitan yang berbeda bagi setiap orang. Bagi anak-anak, soal perkalian itu menjadi sungguh sulit, namun tidak bagi para orang dewasa. Bagi yang baru belajar, shalat subuh itu menjadi sungguh sulit, namun tidak bagi mereka yang sudah lama beriman. Bagi yang baru paham, menggunakan hijab itu sungguh sulit, namun tidak bagi mereka yang sudah terbiasa. Bagi keluarga yang sering berselisih, mengucapkan rasa sayang itu sungguh sulit, namun tidak bagi mereka yang keluarganya hangat. Bagi mereka yang baru merasakan cinta, menghadapi mantan di kantor adalah hal yang sulit, namun tidak bagi mereka yang belum pernah merasakan cinta atau sudah terlalu sering bergonta-ganti pasangan.
Masalah yang sama, belum tentu memberi rasa yang sama pada orang yang berbeda.
Maka, jangan pernah sekalipun meremehkan persoalan seseorang. Ketika mereka datang dengan masalah, mereka itu butuh untuk didengar, butuh untuk diberikan solusi. Mereka datang bukan untuk ditertawakan, bukan untuk dihina.
Mungkin, itu tidak berat bagimu. Tapi sungguh, itu sangat menyulitkan baginya
***
Sumber: Choqi Isyraqi
Edited by: @SatyaOo
0 Comments:
Posting Komentar